aku

13 May 2014

Sedikit tentang UN

Sebagai mahasiswa FKIP, jujur saja saya agak males sebenarnya sharing everything about pendidikan apalagi sistem pendidikan di negri kita (kita?). Namun, ya balik lagi, toh saya anak FKIP salah satu LPTK yang melahirkan calon-calon pendidik yang cerdas dan keren, Insya Allah :)

Saat pelepasan PPL Desember 2013 lalu, kepala sekolah di tempat saya PPL sempat berdecak kagum, sebab hasil ujian kami sebagai guru-guru yang sedang magang mendapat nilai A semua. Katanya, kalau calon guru macam ini, insya Allah anak-anak kita nanti akan dididik oleh guru-guru yang pintar. Aamiiin...

Lepas dari PPL saya sibuk ngurusin penelitian tapi gak ambil tema pendidikan, melainkan tentang masyarakat. Sengaja karena gak berani PTK sebab kalau PTK yang menjadi taruhannya adalah nilai-nilai anak di kelas yang saya ajar, saya gak tega.. Sekalipun saya yakin benar kalau anak-anak murid saya cerdas semuanya.

Beberapa bulan berlalu, masa Ujian Nasional pun datang. Hal ini selalu terjadi :
pro-kontra ujian nasional
media menyoroti siswa yang mau menghadapi UN
Pula penyelenggara UN, Sekolah, guru, pengawas, distribusi soal, kemendikbud
ada bocoran kunci jawaban
ada kecurangan pengawasan
ada siswa UN yang sakit
Lalu kelulusan
dan sebagainya
dan sebagainya

Thats why saya jarang sekali mengomentari soal hal-hal tersebut, sebab tanpa diminta pun akan segera ada banyak sekali orang yang berbicara ini dan itu.. tetapi karena malam ini tiba2 saya membaca surat terbuka dari salahsatu siswi yang baru saja menjadi peserta UN, maka saya tergelitik untuk berkomentar ini dan itu. Dalam suratnya, siswi tersebut mengkritik kemendikbud dengan tiga poin:

  1. Peserta UN diwajibkan mengerjakan ujian dari 3 mata pelajaran umum, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika, ditambah dengan pelajaran sesuai jurusan, yang dianggap oleh si penulis surat terbuka tersebut, "bagaimana mungkin kita bisa menguasai semua bidang lalu diujikan?"
  2. Soal UN memilki 20 paket (jenis) yang berbeda untuk mencegah kecurangan (mencontek) pada saat pelaksanaannya. Dalam kasus ini penulis surat terbuka tersebut agak prihatin dengan guru yang harus membuat soal sebanyak 20 paket per mata pelajaran. Dan dia agak mengkhawatirkan pula "bagaimana bisa antara satu paket dengan paket yang lainnya punya tingkat kesulitan yang sama? kalau ternyata ada yang lebih sulit kan kasihan siswa yang apes?"
  3. Kebocoran soal dan jawaban UN masih terjadi dimana-mana bahkan ada yang betul 90%, katanya "itu sih bukan bocor lagi, tapi banjir.." meskipun si penulis surat terbuka tersebut tidak mencontek.
Ehem, begini adik manis..
Aduh saya manggilnya adik atau nak ya? hehe mungkin jawaban saya di bawah ini akan tidak sesuai dengan yang Anda harapkan dan juga bukan merupakan jawaban dari bapak mentri, tapi coba dengarlah sebentar..

  1. Mengapa ketiga mata pelajaran itu harus diujikan? bukan dik, bukan karena kemendikbud kita kebanyakan kertas untuk iseng2 menguji anak sekolah, tapi semuanya ada subtansinya. Pelajaran bahasa ibu adalah pelajaran dasar yang harus dikuasai semua orang. Semua orang. Kalau kamu kuliah nanti mungkin akan mengalami yang namanya me-revisi skripsi berkali-kali, salahsatunya karena penulisan tata bahasa yang kurang benar. Itu kenapa kita harus mengujikan Bahasa Indonesia. Kita gunakan bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal komunikasi di masyarakat, bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa yang baik akan membawa kita menjadi bangsa yang baik dik percayalah. Lalu kenapa Bahasa Inggris juga diujikan? Lalu matematika? Mata pelajaran jurusan? begini dik, semua mata pelajaran yang diujikan mungkin hanya dapat diniliai secara kognitifnya saja pada UN, namun pada prosesnya, pada saat kamu dengan teman2mu belajar UN bersama, doa bersama dari guru dan orangtua, sampai membentuk kelompok2 belajar bersama.. disitulah nilai afektif dan psikomotoriknya dik. Lihatlah lebih banyak, lihatlah lebih luas ;)
  2. mengapa soal UN ada 20 jenis? apakah setiap paket dapat tingkat kesulitan yang adil? insya Allah adil dik. Biar saya kasih tahu ini hanya sedikit dari yang saya tahu.. Pada setiap mata pelajaran yang di UN kan ada MGMP-nya. Anggota MGMP adalah guru-guru dari seluruuuuuh Indonesia yang dikelompokan sesuai mata pelajaran, nah mereka juga yang membuat soal UN kalian yang berjenis 20 macam. Jangan takut gurunya kecapekan dik, karena mereka bekerja secara tim. Lalu apakah tingkat kesulitan tiap paket soal sama? iya sama, karena tiap 1 butir soal mengacu pada 1 indikator yang sama yang diterapkan pada 20 jenis paket soal UN. Adapun setiap paket punya formasi yang sama tentang tingkat kesulitan, dari C1 hingga C5 setahu saya maka dalam setiap paket soal akan ada soal yang sangat mudah hingga yang sulit.
  3. Soal kebocoran UN? kembalilah pada hati nurani sendiri. Ibaratnya kalian mendaki gunung, sudah tinggal sedikit lagi sampai di puncak apakah kalian rela membayar orang lain sebagai orang yang mencapai puncaknya? kalau begitu apa indahnya naik gunung? padahal di puncak itu ada doa-doa orangtua kalian, harapan guru-guru kalian, harapan bangsa kalian yang ingin lihat satu kata saja dalam pengumumanmu, "LULUS". Lalu mengapa masih banyak yang bocor? soal ini saya juga gak tahu. Banyak yang harus dibenahi, mulai dari sistem distribusi soal yang entah harusnya dikawal se-ketat apa, lalu oknum yang kasih jawaban2 via apapun itu, lalu tekanan psikis dari orang sekitar pula.. 
Baiklah, itu saja sedikit komentar saya tentang UN. Mungkin nanti (kalau suatu hari) Tuhan mengijinkan saya menjadi bagian dari sistem ini, saya juga yang akan menerima kritik dari adik si penulis surat terbuka itu. Ya anggaplah masalah2 ini jadi PR untuk orang-orang yang akan terjun ke dunia pendidikan nantinya.


Selamat malam, semoga mimpi indah ;)