aku

24 May 2015

Cipulirisasi

Entah mimpi apa gue semalam, mungkin ada di antara dua pilihan surga yaitu vampir seksi berkilauan Edward Cullen / serigala ganteng yang bener-bener ganteng:Jacob, atau pilihan keparat antara bolos kerja untuk nonton konser Katty Pery / masuk kelas sambil nonton Korean drama Kill me Heal me dan ketawa-ketawa keras ketika Cha do Hyun yang cool atau Shin Se Gi yang bad-boys tapi romantis itu tiba-tiba berubah jadi sosok cantik Yo-Na yang ngejar-ngejar Oh-ri-on

Tapi gue disini.
Di salah satu warteg cipulir dengan sepiring nasi rames lengkap sama segelas es teh manis, plus paket kumplit dengan tatapan pakdeh-pakdeh warteg yang bingung kenapa seorang Nengpaul yang kece badai ini -gue ngaku kece, karena gue percaya atas ungkapan "salah satu momen cantik perempuan adalah ketika ia baru bangun tidur, masih pakai piyama, dan no make-up", maka pas bangun tidur tadi sekitar jam 1 siang (yeah, I think I'm still singing Sunday Morning-nya Maroon Five, even I'm wake up in the afternoon!) gue terhuyung turun dari kahyangan.. eh maksudnya dari kamar, keluar rumah, dan menuju warteg tanpa cuci muka sekalipun- bisa tiba-tiba makan dengan lahapnya di warteg pada siang hari bolong. Parah! Panas banget!

Suatu hari gue pernah berujar sama Icha,
       "cha, kayaknya suatu hari gue harus buka warteg deh.."
Icha ketawa, mengingat gue yang masak mie instan aja jadinya kayak bubur kacang ijo, dan mengupas telur rebus 1 butir aja bisa memakan waktu 3,5 abad,  sok-sok'an mau buka 'restoran'. Gue melanjutkan,
       "orang Padang aja bisa dimana-mana buka rumah makan padang, cha. Lah gue -dimana salah satu unsur darah yang mengalir di tubuh gue yaitu darah Tegal- harusnya punya warteg juga. Ya kan?".
Icha pun tergelak. Nyerah. Mungkin dalam hatinya dia bergumam,
          "ape kate lu aja dah, peh!".

Kembali soal cipulir hari ini.
Tadi pagi waktu gue ada urusan keluarga pergi ke Pasar Kebayoran lama, tempat dimana para penjual dan pembeli bertemu untuk mendapatkan keuntungan di kedua belah pihak (ini anak SD kelas 4 juga tahu ul!), gue melihat ada beberapa satpol pp berkeliaran disitu. Entah kenapa gue lebih memilih kata "berkeliaran" untuk mengacu pada golongan mereka, dibanding kata "menertibkan". If you know what I mean, kalau "menertibkan" maka dampak yang harusnya terjadi setelah itu adalah para pedagang dengan tertibnya baris-berbaris di masing-masing gerobaknya dan pembeli dapat memilih dengan leluasa sayur-mayurnya tanpa harus diklakson mobil, motor, atau bajaj yang lalu lalang di pasar. Akan beda ketika gue menyebutnya "berkeliaran", maka dampak yang akan terjadi adalah............ ya kayak yang kalian lihat seperti biasanya. Dengan kedatangan mereka, para pedagang jadi berhamburan entah kemana meyelamatkan gerobak dan barang jualannya. Gile yak! man! mereka nyari duit loh, bukan iseng-iseng nongkrong sama temen-temennya sambil ngopi kopi kapitalis dan update status di sosial media tentang #mybreakfast at #salahsatumalldiJakarta.

Di lain hari, sering bahkan, betapa sebelnya gue gara-gara pembangunan jalan layang antara Ciledug-Tendean yang mau gak mau Cipulir kesayangan gue ini juga kena dampaknya. Langsung. Berasa banget cin! Lu bayangin deh di hari biasa itunglah jalanan dari Blok- M ke Ciledug raya aja macetnya udah kayak apaan tau, lah ini setengah jalannya dibikin proyek yang katanya "demi pelebaran jalan" itu dannnnn mereka menutup sepanjang jalur yang dibuat proyek itu. Terus gue harus nyebrang lewat mana duhai teknisi proyek yang budiman dan baik hati??? kalau misal pas gue harus nyebrang naik kopaja yang arahnya ke meruya, masa gue harus ke perempatan seskoal dulu terus balik lagi ke arah rumah gue. Pusing pala Barbie. Anyway gue tau kenapa kepala barbie itu sekarang mudah pusing? yap! karena barbie-barbie itu ikutan pola dietnya model-model kelas dunia yang anti-nasi dan makannya dedaunan ajah. Westernisasi banget udahlah!

Gue pernah bilang ke murid-murid gue bahwa westernisasi tidak selamanya membawa pengaruh negatif bagi masyarakat Indonesia (Ciye Nengpaul ngomonginnya masyarakat, berat banget bahasannya!). Westernisasi berasal dari dua kata, yaitu western atau sering kita artikan kebarat-baratan alias gaya hidup ngikutin orang sonoh, iya maksudnya orang Eropa atau Amerika. Dan isasi yang artinya proses atau paham atau pandangan. Dalam kehidupan pribadi sih gue gak masalah apakah orang-orang di sekitar gue mau ngikutin arus Barat, ataukah tetap bersahaja dengan budaya Timur khas orang Indonesia. Semisal ada yang cuma mau belanja barang-barang branded, itu kan rejekinya dia. Atau yang mau pola hidup sehat dengan aturan diet tanpa garam, kalau dampaknya baik untuk kehidupan mah kenapa enggak?

Yang bikin sedih adalah ketika kampung di tengah kota, we called it "Cipulir" ini mau gak mau  jadi tergerus segala pembangunan yang orang kampungnya sendiri dan gak pernah diajak "bicara" mau dibawa kemana nih kite? Pembangunan apartemen -yang mengesankan bahwa perumahan di belakangnya menjadi slum area-, konsep minimarket yang buka 24 jam di setiap perempatan, taman kota yang hanya akan selalu cuma jadi impian buat ibu-ibu yang punya anak kecil,  dan sikap gotong-royong yang kian memudar antar tetangga. Ditambah dengan tuntutan warga ibukota yang teriak-teriak ke pemerintah "Jakarta butuh pelebaran jalan! sepeda motor suka reseh, larang mereka lewat jalan besar aja! masyarakat harus dibiasakan bertransaksi dengan kartu elektrik! PKL gak boleh jualan di pinggir jalan, karena mereka menggaggu pejalan kaki! dan sederet tuntutan lainnya bagi mereka yang merasa Jakarta kini harus patuh sama perintahnya. Bukannya pendatang yang harus patuh pada Jakarta.

WOY! Gak semua orang kali punya kesempatan yang sama kayak yang elu-elu punya! bisa dengan entengnya ngelarang sepeda motor lewat jalan besar. Emang juga ntuh orang pada beli motor untuk memudahkan pekerjaannya, biar lebih hemat ongkos, dan biasanya dicicil dari gajih mereka yang bulanannya sama dengan paket harga pulsa bulananlu. Lu kate beli motornye pake daon bukan pake duit? Apah? minta jalanan dilebarin lagi? makanya kalo beli mobil sekalian beli jalanannya, biar gak nyempit-nyempitin kite punya jalan. Belum lagi yang gak suka sama PKL, lu pasti belum tau ya enaknya jajan-jajan di pinggir jalan? ohiya lu mah kena terik matahari aja ogah. Lagipula kalaupun trotoar jakarta ini udah bebas dari PKL emang situ mau jalan kaki kemana-mana? Pan punya mobil.

Kok lu jadi sinis gini sih ul?
Tau ah.
Remember this, "sesekali, kita perlu kritik yang pedas untuk meyakinkan bahwa masyarakat kita sedang berjalan dengan keadaan sehat. Karena yang diam saja, tidak akan kemana-mana."


Salam damai.