aku

09 October 2015

Sepakat

Kata anak-anak, kalau hujan mereka malas belajar. Karna selain membawa kantuk, ia juga membawa galau. Jadi kuputuskan saja hari itu aku tak mengajar. Aku hanya bercerita tentang buku dan film yang bagus-bagus.

Kami bersepakat bahwa Dia tanpa aku-nya Esti Kinasih itu novel terbagus pada masanya. Lalu sepakat bahwa film 50 shades of grey tidak lebih bagus daripada novelnya. Selalu begitu.

Lalu mereka bersepakat bahwa aku harus segera membaca Dilan 1 Dan Dilan 2. Dan mereka juga bersepakat akan menonton salah satu film romantis tentang sebuah "mimpi buruk" ; If Only.

Omong-omong soal mimpi, sebenarnya ada beberapa film yang mengesankan yang ternyata semua itu hanya mimpi. Kadang aku juga kepingin suatu hari nanti menulis cerita seru yang ujung-ujungnya ternyata hanya mimpi. Loh kok aku kasih tahu ending-nya yah? Jadi gak seru...

Iya. Tapi beneran deh kadang aku juga sering merasa udah nulis blog, tapi ternyata belum terposting. Ternyata itu cuma khayalan sebelum tidur dan terbawa sampai ke mimpi. Dan pas bangun ternyata semua itu hanya mimpi.

Kadang juga sampai mau nangis saat bangun tidur atau merasa bahagia seketika, ternyata cuma mimpi.

Kadang aku berada di bukit Teletubbies dan aku tersesat. Indah tapi aku ingin keluar, cari keramaian.
Kadang aku berlari di tepian sungai yang airnya mengalir jernih. Aliran sungainya berkelok indah diiringi pohon ek seperti di desa desa kecil Inggris, lalu aku terbangun dan hanya menemukan buku gambarku dengan sketsa ala anak SD yang tak seberapa indahnya.

Kadang aku bermimpi menggendong seorang bayi mungil dengan senyum yang lucu banget. Kadang juga aku bermimpi aku sedang berlari ke sekolah karna takut terlambat masuk kelas.

Namanya juga mimpi.

Tapi daritadi kok gak ada yang seru yah.

Yaudahlah, mari kita sepakat saja bahwa aku tak usah berniat menulis cerita tentang mimpi yang tak seru itu lagi.

Kita bersepakat saja bahwa kita harus membaca buku lebih banyak lagi. Harus menonton film lebih banyak lagi. Harus se-rapi Dee Lestari dalam menyusun kata. Harus seindah Tere Liye dalam menyusun kalimat. Dan harus secerdas Tetsuko Kuroyanagi dalam melukiskan karakter.