aku

24 April 2016

Keep in your passion!

Kadang saya suka membayangkan, bagaimana jika saya menjadi wanita karir yang pagi-pagi harus bergulat dengan kemacetan menuju gedung pencakar langit Ibu Kota, meminum susu low fat biar tubuh tetap langsing, memesan katering dengan menu kentang rebus, telur rebus, serta wortel dan brokoli yang sengaja tidak dibubuhi garam maupun merica -seperti yang saya lihat di Instagram para artis-, lalu posting foto OOTD (out of the day), dan malamnya nongkrong di cafe yang desain interiornya niat banget bareng teman-teman se-geng yang asik membicarakan bonus tahunan dari kantor untuk jalan-jalan ke beberapa negara tujuan wisata antara Eropa atau Timur Tengah.

Dessssh!
Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau ya.

Kadang saya juga membayangkan bagaimana perempuan-perempuan jaman dulu memberikan penuh waktunya untuk mengurus anak dan suaminya. Berkutat antara dapur-sumur-kasur sembari menanti akhir pekan untuk kondangan dengan tetangga kampung. Barangkali juga terasa bahagia mengoleksi gelas-gelas kaca dan foto keluarga yang terpajang manis di dinding ruang tamu untuk dipamerkan ke orang lain ketika ada arisan.

Dessshhh!
Kebahagiaan orang lain memang selalu terlihat tanpa cela di mata kita.

Namun, mata ini justru dihadapkan pada anak-anak galau dengan jurusan kuliah, dengan jadwal kerja yang diputar-putar, dan beberapa jajanan ala sekolahan yang sulit ditolak. Serta tarif ojek online yang tiap peak hours harganya dimahalin.

By the way, kalau boleh dibilang yaa, Sang Pengatur Skenario baik sekali dengan saya. Hari-hari yang mudah setiap siang hingga malam. Jam-jam menyenangkan bertukar ilmu dengan anak-anak putih abu-abu. Dan detik-detik yang saya lewati dengan orang-orang yang saya sayangi. Adalah jalan yang baik dan terbaik yang dipilihkan Maha Penguasa langit dan bumi untuk saya, pun untuk orang-orang di sekitar saya.

Suatu hari, pada saat masih duduk di bangku SMA, saya pernah mengajukan pertanyaan 'iseng' pada guru saya. "Kenapa bapak mau menjadi guru?", beliau menjawab sambil tersenyum tulus, "menjadi guru itu panggilan nak. Mengajar, belajar, mengulang-ulang ilmu setiap hari.. Itu panggilan dari sini". Begitu jawabnya sambil memegang hatinya. Saat itu saya dengarkan saja sambil lalu. Bahkan hingga kelas 3 SMA pun tidak ada terbesit di benak saya akan mengambil jurusan keguruan. Hingga takdir yang membawa saya kesini.

Saya bangun pagi dengan bayangan beberapa pertanyaan anak-anak yang suka lucu-lucu kalau diingat. Mulai dari yang menyangkut pelajaran, hingga perasaan. Mulai dari soal sosiologi, sampai dengan soal pribadi. Mulai dari tanya tentang homework-nya mereka dari sekolah, sampai tanya saya dengan pacar saya kalau ngomong pakai bahasa apa.. *ya menurut nganaaa? Pakai bahasa kalbu lah wkwwkwk* Begitulah anak-anak SMA jaman sekarang. Kepo, baper, bm.. sudah jadi ledekan sehari-hari.

Saya disini bukan mengajar. Tapi sama-sama belajar. Kebetulan di agama yang saya anut katanya, sampaikanlah walau 1 ayat. Juga ditegaskan lagi katanya orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Sang Pencipta. Tuh kan, Sang Pengatur Skenario memang baik sama saya. Dan saya merasa nyaman dengan rutinitas seperti ini. Cukup nyaman, meski kadang merepet jika ada hal-hal yang bikin saya KZL atau ZBL. *brb pasang status di line pakai foto Raisa6690 yang lagi manyun* *iya emang, kadang saya suka merasa mirip sama raisa6690 kalo lagi manyun* he he he he.

Baiknya di jaman ini adalah, perempuan bebas menentukan nasibnya mau jadi apa, mau menyibukkan diri dengan apa, mau mengembangkan diri seperti apa. Terlepas dari teori feminimisme bangsa Barat, ataupun nunut apa katanya pejuang kesetaraan pendidikan bagi perempuan Indonesia, R A Kartini yang terkenal dengan tulisannya Habis Gelap Terbitlah Terang, perempuan masa kini cukup dengan jadi dirinya sendiri. Keep in your passion! Tidak harus sama dengan wanita kantoran yang pakai blezer dan berbalut barang-barang branded, atau sama dengan wanita jaman dulu yang pakai kebaya dan berkonde.. Tapi yang terbaik adalah pakai pakaian yang kita suka. Kerjakan hal-hal yang kita senangi dan berguna bagi orang di sekitar. Terus belajar dan belajar, sebab hidup adalah pembelajaran sepanjang hayat.

Jadi rasanya saya cukupkan saja khayalan-khayalan sosiologis yang tak ada ujungnya ini. Saya mau kembali membaca beberapa buku sejarah tentang Timur Tengah, sejarah peradaban dunia, ataupun teori konspirasi. Mau kembali diskusi dengan mama tentang kelakuan 'unik' para koruptor. Mau kembali jadi blogger yang rajin menulis tentang kamu.. Iya kamu.. #eyaaa dan mau belajar menanak nasi di rice cooker dengan baik dan benar.

Selamat malam,
Terima kasih sudah membaca ;)