aku

29 January 2016

Perempuan dan Masalah Krusialnya

Perempuan.
Waktu kecil maunya sama kayak ibunya. Namanya preparatory stage.  Tahap dimana seseorang akan menirukan apa saja yang dilakukan oleh orangtuanya atau orang-orang terdekatnya. Ibunya ke dapur dia ikut, ibunya angkat telpon dia ikut, ibunya solat dia ikut. Pokoknya apapun yang dilakukan ibu harus ikutan.

Waktu di awal-awal masuk sekolah juga udah maunya samaan sama teman. Kadang perempuan sukanya samaan kunciran rambut sama teman sebangku. Atau samaan tempat pensil Winnie the pooh sama teman sekelompok. Atau samaan jajan gulali sama geng cewek-cewek kecil. Pokoknya harus samaan sama yang lain. Kalau gak sama, gak mau masuk sekolah. Kalau gak sama, gak mau jajan bareng. Kalau gak sama kita gak temenan yah!!!

Terus ada namanya play stage. Tahap dimana anak-anak akan memainkan peran seperti orang-orang yang di dekatnya atau bahkan yg ia idolakan. Misalnya ibunya Bani suka masak, jadi Bani sukanya main masak-masakan. Atau misalnya kakaknya Bani dokter, jadi Bani sukanya main dokter-dokteran. Atau misalnya tetangganya Bani suka pacaran, jadi Bani main pacar-pacaran. Ciyeeeeeeee. Loh ini gak bener ini! Gak boleh yah anak-anak, masa masih SD udah pacar-pacaran?

Ya pokoknya tahap tersebut tahap dimana anak-anak puas bermain sepuaaaaaasnya. Tahap dimana anak-anak perempuan kalo ditanya cita-citanya mau jadi apa, pasti bakal dijawab mau jadi dokter atau guru. Tapi mereka harus tau cita-cita itu sungguh mulia. Dari kecil aja udah punya niat jadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa, apalagi gedenya nanti ya kan? *mengheningkan cipta mulai....*

Selanjutnya ada game stage. Pada tahap ini perempuan udah bisa bermain-main. Wah main apa nih? Mainin perannya masing-masing. Misal dia pelajar, ya dia belajar. Misal dia ikut OSIS atau eskul lainnya ya dia udah mulai bertanggungjawab dengan komunitas yang dipilihnya itu.

Namanya juga game, maka di tahap ini (biasanya tahap remaja) perempuan maunya selalu menang. Inget kan quotes-quotes yang sering beredar di media sosial? Yap! "Men to the left, because woman always right!" Itu tolong digarisbawahi yah woman always right! Hahaha *ketawa bahagia*. Iya pokoknya gak boleh ada yang lebih imut dari kita. Gak boleh ada yang yang lebih harum dari kita. Gak boleh ada yang foto instagramnya lebih banyak di-love daripada kita. Dannnn gak boleh ada yang lipsticknya lebih memikat daripada kita. Positifnya lagi, gak boleh ada yang dapet jurusan dan PTN lebih keren dari kita!!! Pokoknya kita juara deh!

Dan terakhir.. ini kalo katanya si George Herbert Mead adalah generalized others. Ini dia tahap dimana perempuan sudah menjadi seperti "seharusnya" yang dibilang orang-orang. Udah harus dewasa. Udah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Udah bisa membedakan mana yang modus dan mana yang tulus. Udah bisa membedakan mana yang lengkuas dan mana yang jahe......

Emm, sebenarnya kalimat terakhir itulah yang agak sulit pemirsah. Bagaimana mungkin setiap perempuan dituntut dengan standar sama rata yang dibuat oleh nenek moyang kita sejak jaman dahulu, sementara kita tumbuh dan berkembang di era yang berbeda, tempat yang berbeda, serta input dan output yang berbeda? Iya masalah krusial itu, yang soal bumbu dapur!

Bagi saya biarlah waktunya mendewasa, ya perempuan akan mendewasa dengan sendirinya. Dengan kesadarannya bahwa ia butuh lebih banyak lagi belajar untuk menjadi paket lengkap. Ada waktunya. Mungkin besok, mungkin lusa. Sebab bunga saja tidak langsung mekar merekah indah, perlu waktu untuk tumbuh. Perlu waktu untuk berkembang.

Cipulir, 29 Januari 2016
Maria Ulfa
-Perempuan yang pernah 2 kali sukses membuat roti bakar dan mie dogdog sendiri pada saat kost di Solo-

No comments: